OperanBola.blogspot.co.id - Gelar ke 5 secara beruntun adalah sebuah hal yang fantastis, dan itu bisa di lakukan oleh Juventus. Mungkin banyak yang menganggap hal tersebut biasa untuk Juventus yang sudah mengoleksi gelar liga Italia sebanyak tiga dijit. Tapi perlu di ingat juga di era sepakbola yang modern ini sangatlah susah mempertahankan gelar beruntun, bahkan hingga lima kali beruntun.
Inilah alasan kenapa Juventus bisa Juara 5 kali beruntun :
1. Mental Juara
Ketika membahas Juara Serie A orang tidak akan jauh menyebut Juventus, kenapa ? Torehan 3 bintang di atas lambang klub sudah memberikan jawaban singkat. Tiga bintang di atas lambang Juventus menjelaskan bahwa klub asal Turin ini sudah memperoleh gelar liga sebanyak 30 atau lebih.
Bandingkan dengan saingan terdekat mereka yaitu AC Milan dan Internazionale yang bahkan belum genap meraih gelar yang ke 20. Jika di bandingkan dengan 5 liga top eropa, raihan gelar liga yang di raih Juventus adalah yang terbanyak. Untuk di La Liga, Real Madrid merajai liga dengan torehan 31 gelar. Sedangkan Bayern Munchen, gelar musim 2015/16 adalah gelar yang ke 26. Di Liga Primer Inggris, Manchester United sudah meraih 20 gelar.
Juara Serie A musim 2015/16 adalah gelar liga yang ke 32 menurut FIGC. Sedangkan menurut pihak Juventus dan fans, Si Nyonya Tua sudah meraih gelar liga sebanyak 34. Perbedaan ini lantaran kasus Calciopoli musim 2004/05 dan 2005/06 yang menimpa beberapa klub di Serie A, dan salah satunya Juventus.
Mungkin sudah menjadi sebuah DNA Juventus untuk menjuarai liga Italia, dan bukan jadi rahasia umum lagi jika setiap pelatih yang menukangi Si Nyonya Tua selalu di targetkan untuk menjuarai liga Italia.
Musim 2011/12 adalah sebuah awal yang baru untuk Juventus, setelah 2 musim sebelumnya selalu menempati peringkat 7 klasemen Serie A. Di bawah asuhan Antonio Conte, Juventus seakan seperti terlahir kembali. Dengan mengusung skema klasik 3-5-2 dan di motori 3 gelandang hebat seperti Pirlo, Vidal dan Marchisio, Juventus meraih Scudetto musim itu tanpa pernah sekalipun menelan kekalahan.
Skuat Juventus pada saat itu di isi oleh Buffon, Chiellini, Barzagli, Bonucci, Pirlo, Vidal, Marchisio, dan sang Legenda Del Piero. Dengan deretan pemain-pemain seperti itu wajar Juventus bisa menjuarai Serie A musim 2011/12.
Musim-musim berikutnya Juventus tidak melepas pemain-pemain utamanya, wajar jika Juventus bisa meraih gelar Serie A dalam kurun waktu 5 tahun ini. Mental Juara yang sudah terbentuk musim 2011/12 membuat Juventus tidak kesulitan mengarungi perburuan Serie A.
Bahkan selepas Conte meninggalkan Juventus Stadium tahun 2014, formasi dan struktur permainan tidak di rubah drastis oleh pelatih baru Massimiliano Allegri. Dan hasilnya ? Mental Juara pun berbicara, Juventus berhasil menambahkan 2 Scudetto di bawah nahkoda baru Allegri. Dan sekaligus gelar ke 5 secara beruntun bagi Juventus.
Mental Juventus benar-benar terlihat musim ini, perginya 3 pilar utama yang menjadi pondasi Bianconeri di musim-musim sebelumnya hanya berpengaruh di awal musim. Bahkan Si Nyonya Tua sempat menempati peringkat bawah awal-awal musim, perlahan tapi pasti Juventus beranjak naik di paruh musim kedua dan tak ada yang bisa mengganggu laju Juventus hingga akhirnya juara.
2. Inkonsistensi Klub-klub besar Serie A
Mungkin inkonsistensi klub-klub besar Serie A selain Juventus menjadi faktor yang membuat Si Nyonya Tua begitu berkuasa dengan 5 gelar secara beruntun.
Ketika Juventus meraih Scudetto musim 2011/12, musim itu bisa di bilang musim tersengit untuk meraih Scudetto selama 5 musim ke belakang bagi Juventus. Musim itu Juventus bersaing sengit dengan AC Milan yang pada saat itu memiliki pemain-pemain bintang seperti Thiago Silva, Boateng, Robinho, Pato, Cassano dan Ibrahimovic. Dan kepastian Juara Juventus pada saat itu cukup terbantu oleh Intermilan, AC Milan yang sedang bersaing sengit dengan Juventus tersandung oleh Inter di pekan 37 setelah menelan kekalahan di Derby della Madonnina, pada saat itu Inter engalami musim yang buruk setelah hanya menempati posisi 6 di akhir musim.
Musim 2012/13 adalah musim transisi untuk duo milan, dan hal ini membuat Juventus seperti berlari sendiri meraih Scudetto. Meskipun Napoli membututi Bianconeri di bawahnya, tetapi tidak ada tekanan berarti atau pergantian pemuncak klasemen di paruh musim hingga akhir. Dan Runner-Up musim sebelumnya AC Milan "terselamatkan" oleh gol-gol Balotelli, hingga paruh pertama Milan bahkan hanya bersaing di papan tengan sama seperti Inter.
Hingga akhir oktober musim 2013/14 banyak yang berpandapat akan ada juara baru di Serie A, yaitu AS Roma. Dengan pelatih baru mereka Rudi Garcia dan beberapa transfer pemain-pemain utama seperti membawa angin segar bagi Roma. Kebangkitan AS Roma musim 2013/14 mirip seperti Juventus 2011/12, bahkan di awal musim AS Roma meraih 10 kemenangan beruntun.
Tapi sebuah "penyakit" menimpa AS Roma setelah meraih 10 kemenangan tanpa tersentuh kekalahan, Rudy Garcia dan anak asuhannya seperti lupa akan kemanagan beruntun yang sudah di raih. Dari 8 pertandingan berikutnya Roma hanya meraih 2 kemenangan, berkat hasil buruk Roma tersebut Juventus menggusur Roma dari Capolista dan bertahan hingga akhir musim. Musim tersebut juga menjadi sebuah rekor di Serie A, yaitu rekor torehan 102 poin yang di buat Juventus. Musim itu adalah musim terakhir Conte di Turin, menjelang bergulirnya Serie A 2014/15 Antonio Conte menyatakan pengunduran diri dari Juventus. Dan alasan pengungunduran diri Conte ini seperti membingungkan para Juventini dan para pengamat sepakbola, hanya para internal Juventus dan manajemen yang mengetahui pasti alasan pengunduran diri mantan pelatih Siena yang sudah mempersembahkan 3 Scudetto kepada Si Nyonya Tua.
Musim 2014/15 hampir sama dengan musim sebelumnya, Juventus mendominasi dan masih di buntuti oleh klub ibukota AS Roma yang peformanya tidak sebaik musim sebelumnya. Bahkan inkosistensi Inter dan Milan semakin buruk dari musim sebelumnya, duo klub asal kota mode ini hanya bercokol di peringkat 8 untuk Inter dan peringkat 10 untuk Milan.
Serie A musim 2015/16 terbilang cukup seru di awal musim, ini terbukti dari perebutan Capolista oleh tim yang berbeda dari 2 musim sebelumnya. Jika 2 musim sebelumnya Juventus dan AS Roma selalu bertengger di awal-awal musim, kali ini ada 3 klub yang memperebutkan Capolista selain Juventus dan AS Roma. Tiga klub tersebut adalah Internazionale, Fiorentina dan Napoli.
Internazionale meraih Capolista di awal-awal musim dan sempat di turunkan setelah di kalahkan oleh Fiorentina, tapi Inter berhasil merebut Capolista kembali dari tangan Fiorentina. Klub asal Milan ini memuncaki klasemen hingga pergantian tahun, tetapi justru pekan terakhir paruh musim atau pekan ke 19 Internazionale di gusur oleh Napoli.
Inkonsistensi terjadi lagi di musim ini, semenjak pergantian tahun peforma Inter dan Fiorentina menurun sangat derastis. Dua tim ini seperti kehabisan bahan bakar setelah pergantian tahun, atau setelah Napoli dan Juventus yang perlahan-lahan merangkak naik dan menggusur tim papan atas sebelumnya. Puncaknya terjadi pada Febuari 2016 ketika Juventus mengalahkan Capolista pada saat itu Napoli, Si Nyonya Tua akhirnya meraih Capolista pertamanya musim ini sekaligus terakhir untuk tim-tim lain di Serie A. Karena semenjak Juventus memuncaki klasemen, Napoli atau tim lain tidak ada yang bisa menggeser Juara bertahan ini.
3. Kedalaman skuat yang merata
Mungkin inilah kenapa Juventus tetep konsisten di Serie A meskipun Bianconeri bermain di Coppa Italia dan Liga Champions. Sebenarnya skuat utama yang di miliki Juventus cukup kompotetif baik untuk domestik maupun eropa, sedangkan pemain cadangan yang di miliki sangat jomplang di banding skuat utamanya. Meskipun begitu untuk mengarungi Serie A kedalaman skuat Juventus sangat masih kompetitif.
Skuat yang merata tersebut tidak lain karena transfer "bijak" yang di lakukan manajemen Si Nyonya Tua dalam Transfer pemain.
Puncak dari kedalaman skuat yang merata di tunjukan musim 2014/15, musim itu klub asal Turin ini nyaris meraih Treble Winners andai saja di final Liga Champions bisa mengalahkan Barcelona.
Kepergian tiga pilar utama setelah musim 2014/15 berakhir membuat Juventus langsung gencar dalam Transfer pemain untuk mengarungi musim baru 2015/16. Meskipun mendapatkan beberapa pemain berkualitas pada saat jendelan transfer di buka, tapi sayang kontribusinya masih belum bisa menutupi lubang yang di tinggalkan.
Dan itu terlihat di awal-awal musim 2015/16, Si Nyonya Tua banyak sekali meraih hasil negatif baik kandang ataupun tandang. Perlahan tapi pasti Juventus mulai bangkit kembali menjelang pergantian tahun, lubang besar di awal musim seolah sudah tertutup rapat dengan hasil 15 kemenangan beruntun.
4. Juventus Stadium
Semenjak pergantian Stadion,
5. Sehatnya Financial Klub
Demikian artikel tentang Inilah Alasan Kenapa Juventus Bisa Juara 5 Kali Beruntun semoga bermanfaat untuk sahabat OperanBola. Jangan lupa memberikan kritik ataupun saran di kolom komentar di bawah ini, karena kritik ataupun saran sahabat-sahabat Operanbola bisa memajukan blog ini.
Salam OperanBola.
Inilah alasan kenapa Juventus bisa Juara 5 kali beruntun :
1. Mental Juara
Ketika membahas Juara Serie A orang tidak akan jauh menyebut Juventus, kenapa ? Torehan 3 bintang di atas lambang klub sudah memberikan jawaban singkat. Tiga bintang di atas lambang Juventus menjelaskan bahwa klub asal Turin ini sudah memperoleh gelar liga sebanyak 30 atau lebih.
Bandingkan dengan saingan terdekat mereka yaitu AC Milan dan Internazionale yang bahkan belum genap meraih gelar yang ke 20. Jika di bandingkan dengan 5 liga top eropa, raihan gelar liga yang di raih Juventus adalah yang terbanyak. Untuk di La Liga, Real Madrid merajai liga dengan torehan 31 gelar. Sedangkan Bayern Munchen, gelar musim 2015/16 adalah gelar yang ke 26. Di Liga Primer Inggris, Manchester United sudah meraih 20 gelar.
Juara Serie A musim 2015/16 adalah gelar liga yang ke 32 menurut FIGC. Sedangkan menurut pihak Juventus dan fans, Si Nyonya Tua sudah meraih gelar liga sebanyak 34. Perbedaan ini lantaran kasus Calciopoli musim 2004/05 dan 2005/06 yang menimpa beberapa klub di Serie A, dan salah satunya Juventus.
Mungkin sudah menjadi sebuah DNA Juventus untuk menjuarai liga Italia, dan bukan jadi rahasia umum lagi jika setiap pelatih yang menukangi Si Nyonya Tua selalu di targetkan untuk menjuarai liga Italia.
Musim 2011/12 adalah sebuah awal yang baru untuk Juventus, setelah 2 musim sebelumnya selalu menempati peringkat 7 klasemen Serie A. Di bawah asuhan Antonio Conte, Juventus seakan seperti terlahir kembali. Dengan mengusung skema klasik 3-5-2 dan di motori 3 gelandang hebat seperti Pirlo, Vidal dan Marchisio, Juventus meraih Scudetto musim itu tanpa pernah sekalipun menelan kekalahan.
Skuat Juventus pada saat itu di isi oleh Buffon, Chiellini, Barzagli, Bonucci, Pirlo, Vidal, Marchisio, dan sang Legenda Del Piero. Dengan deretan pemain-pemain seperti itu wajar Juventus bisa menjuarai Serie A musim 2011/12.
Musim-musim berikutnya Juventus tidak melepas pemain-pemain utamanya, wajar jika Juventus bisa meraih gelar Serie A dalam kurun waktu 5 tahun ini. Mental Juara yang sudah terbentuk musim 2011/12 membuat Juventus tidak kesulitan mengarungi perburuan Serie A.
Bahkan selepas Conte meninggalkan Juventus Stadium tahun 2014, formasi dan struktur permainan tidak di rubah drastis oleh pelatih baru Massimiliano Allegri. Dan hasilnya ? Mental Juara pun berbicara, Juventus berhasil menambahkan 2 Scudetto di bawah nahkoda baru Allegri. Dan sekaligus gelar ke 5 secara beruntun bagi Juventus.
Mental Juventus benar-benar terlihat musim ini, perginya 3 pilar utama yang menjadi pondasi Bianconeri di musim-musim sebelumnya hanya berpengaruh di awal musim. Bahkan Si Nyonya Tua sempat menempati peringkat bawah awal-awal musim, perlahan tapi pasti Juventus beranjak naik di paruh musim kedua dan tak ada yang bisa mengganggu laju Juventus hingga akhirnya juara.
2. Inkonsistensi Klub-klub besar Serie A
Mungkin inkonsistensi klub-klub besar Serie A selain Juventus menjadi faktor yang membuat Si Nyonya Tua begitu berkuasa dengan 5 gelar secara beruntun.
Ketika Juventus meraih Scudetto musim 2011/12, musim itu bisa di bilang musim tersengit untuk meraih Scudetto selama 5 musim ke belakang bagi Juventus. Musim itu Juventus bersaing sengit dengan AC Milan yang pada saat itu memiliki pemain-pemain bintang seperti Thiago Silva, Boateng, Robinho, Pato, Cassano dan Ibrahimovic. Dan kepastian Juara Juventus pada saat itu cukup terbantu oleh Intermilan, AC Milan yang sedang bersaing sengit dengan Juventus tersandung oleh Inter di pekan 37 setelah menelan kekalahan di Derby della Madonnina, pada saat itu Inter engalami musim yang buruk setelah hanya menempati posisi 6 di akhir musim.
Musim 2012/13 adalah musim transisi untuk duo milan, dan hal ini membuat Juventus seperti berlari sendiri meraih Scudetto. Meskipun Napoli membututi Bianconeri di bawahnya, tetapi tidak ada tekanan berarti atau pergantian pemuncak klasemen di paruh musim hingga akhir. Dan Runner-Up musim sebelumnya AC Milan "terselamatkan" oleh gol-gol Balotelli, hingga paruh pertama Milan bahkan hanya bersaing di papan tengan sama seperti Inter.
Hingga akhir oktober musim 2013/14 banyak yang berpandapat akan ada juara baru di Serie A, yaitu AS Roma. Dengan pelatih baru mereka Rudi Garcia dan beberapa transfer pemain-pemain utama seperti membawa angin segar bagi Roma. Kebangkitan AS Roma musim 2013/14 mirip seperti Juventus 2011/12, bahkan di awal musim AS Roma meraih 10 kemenangan beruntun.
Tapi sebuah "penyakit" menimpa AS Roma setelah meraih 10 kemenangan tanpa tersentuh kekalahan, Rudy Garcia dan anak asuhannya seperti lupa akan kemanagan beruntun yang sudah di raih. Dari 8 pertandingan berikutnya Roma hanya meraih 2 kemenangan, berkat hasil buruk Roma tersebut Juventus menggusur Roma dari Capolista dan bertahan hingga akhir musim. Musim tersebut juga menjadi sebuah rekor di Serie A, yaitu rekor torehan 102 poin yang di buat Juventus. Musim itu adalah musim terakhir Conte di Turin, menjelang bergulirnya Serie A 2014/15 Antonio Conte menyatakan pengunduran diri dari Juventus. Dan alasan pengungunduran diri Conte ini seperti membingungkan para Juventini dan para pengamat sepakbola, hanya para internal Juventus dan manajemen yang mengetahui pasti alasan pengunduran diri mantan pelatih Siena yang sudah mempersembahkan 3 Scudetto kepada Si Nyonya Tua.
Musim 2014/15 hampir sama dengan musim sebelumnya, Juventus mendominasi dan masih di buntuti oleh klub ibukota AS Roma yang peformanya tidak sebaik musim sebelumnya. Bahkan inkosistensi Inter dan Milan semakin buruk dari musim sebelumnya, duo klub asal kota mode ini hanya bercokol di peringkat 8 untuk Inter dan peringkat 10 untuk Milan.
Serie A musim 2015/16 terbilang cukup seru di awal musim, ini terbukti dari perebutan Capolista oleh tim yang berbeda dari 2 musim sebelumnya. Jika 2 musim sebelumnya Juventus dan AS Roma selalu bertengger di awal-awal musim, kali ini ada 3 klub yang memperebutkan Capolista selain Juventus dan AS Roma. Tiga klub tersebut adalah Internazionale, Fiorentina dan Napoli.
Internazionale meraih Capolista di awal-awal musim dan sempat di turunkan setelah di kalahkan oleh Fiorentina, tapi Inter berhasil merebut Capolista kembali dari tangan Fiorentina. Klub asal Milan ini memuncaki klasemen hingga pergantian tahun, tetapi justru pekan terakhir paruh musim atau pekan ke 19 Internazionale di gusur oleh Napoli.
Inkonsistensi terjadi lagi di musim ini, semenjak pergantian tahun peforma Inter dan Fiorentina menurun sangat derastis. Dua tim ini seperti kehabisan bahan bakar setelah pergantian tahun, atau setelah Napoli dan Juventus yang perlahan-lahan merangkak naik dan menggusur tim papan atas sebelumnya. Puncaknya terjadi pada Febuari 2016 ketika Juventus mengalahkan Capolista pada saat itu Napoli, Si Nyonya Tua akhirnya meraih Capolista pertamanya musim ini sekaligus terakhir untuk tim-tim lain di Serie A. Karena semenjak Juventus memuncaki klasemen, Napoli atau tim lain tidak ada yang bisa menggeser Juara bertahan ini.
3. Kedalaman skuat yang merata
Mungkin inilah kenapa Juventus tetep konsisten di Serie A meskipun Bianconeri bermain di Coppa Italia dan Liga Champions. Sebenarnya skuat utama yang di miliki Juventus cukup kompotetif baik untuk domestik maupun eropa, sedangkan pemain cadangan yang di miliki sangat jomplang di banding skuat utamanya. Meskipun begitu untuk mengarungi Serie A kedalaman skuat Juventus sangat masih kompetitif.
Skuat yang merata tersebut tidak lain karena transfer "bijak" yang di lakukan manajemen Si Nyonya Tua dalam Transfer pemain.
Puncak dari kedalaman skuat yang merata di tunjukan musim 2014/15, musim itu klub asal Turin ini nyaris meraih Treble Winners andai saja di final Liga Champions bisa mengalahkan Barcelona.
Kepergian tiga pilar utama setelah musim 2014/15 berakhir membuat Juventus langsung gencar dalam Transfer pemain untuk mengarungi musim baru 2015/16. Meskipun mendapatkan beberapa pemain berkualitas pada saat jendelan transfer di buka, tapi sayang kontribusinya masih belum bisa menutupi lubang yang di tinggalkan.
Dan itu terlihat di awal-awal musim 2015/16, Si Nyonya Tua banyak sekali meraih hasil negatif baik kandang ataupun tandang. Perlahan tapi pasti Juventus mulai bangkit kembali menjelang pergantian tahun, lubang besar di awal musim seolah sudah tertutup rapat dengan hasil 15 kemenangan beruntun.
4. Juventus Stadium
Semenjak pergantian Stadion,
5. Sehatnya Financial Klub
Demikian artikel tentang Inilah Alasan Kenapa Juventus Bisa Juara 5 Kali Beruntun semoga bermanfaat untuk sahabat OperanBola. Jangan lupa memberikan kritik ataupun saran di kolom komentar di bawah ini, karena kritik ataupun saran sahabat-sahabat Operanbola bisa memajukan blog ini.
Salam OperanBola.
Inilah Alasan Kenapa Juventus Bisa Juara 5 Kali Beruntun
4/
5
Oleh
Kak Rakhman