Anomali Leicester


OperanBola.blogspot.co.id -  Anomali Leicester seakan menjadi keanehan tersendiri yang bahkan sudah jarang terjadi di kancah sepakbola, terlebih sepakbola modern. Keanehan yang sangat di sukai pecinta sepakbola di seluruh penjuru dunia tentunya.

Tapi anomali Leicester ini tidak akan terjadi jika tim-tim papan atas Premier League dalam keadaan seperti musim-musim sebelumnya. Terlebih lagi Chelsea, yaitu juara bertahan musim lalu ini bahkan di awal musim seperti anak yang kehilangan ibunya. Nyaris menyentuh zona degradasi di awal-awal musim dengan berada di posisi 16, Chelsea dan Mourinho seperti membuat anomalinya sendiri. Akhirnya hubungan Chelsea dan Mou harus kembali berpisah untuk kedua kalinya di bulan Desember 2015 setelah Chelsea di kalahkan Leicester City 2-1 di King Power Stadium.


Meskipun keadaannya lebih baik dari juara musim lalu, Runner Up musim lalu Manchester City mengikuti jejak tim-tim papan atas liga Inggris yang inkonsistensi. Meskipun mengawali musim dengan 5 kemenangan beruntun dan sempat memuncaki klasemen, tapi tim besutan Manuel Pellegrini gagal mempertahankan konsistensinya.


Sedangkan Arsenal seperti sebuah mobil yang kehabisan bahan bakar, padahal Arsenal adalah juara paruh musim dan sempet beberapa kali memuncaki klasemen sebelumnya. Karena itu pula Arsenal dan Wenger di gadang-gadang akan menjuarai Premier League karena inkonsistensinya tim-tim papan atas selain Arsenal, sedangkan yang menguntit di bawahnya "hanya" Leicester City. Dan hingga Desember yang bisa mengalahkan Leicester City hanya Arsenal.


Para pengamat sepakbola memprediksikan Leicester bakal cepat turun dari papan atas di paruh kedua seperti tim-tim kejutan pada musim-musim sebelumnya. Banyak yang berpendapat Leicester meroket karena onfirenya Jamie Vardy di awal musim, tapi seakan mematahkan prediksi-prediksi tersebut ketika Vardy paceklik gol di awal-awal tahun karena cedera ringan, munculah Mahrez, Okazaki, Ulloa hingga Drinkwater sebagai penyelamat tim lewat gol-gol penentu di setiap pertandingannya. Dan tidak bisa di lupakan arsitek Leicester City Claudio Ranieri, banyak yang memprediksi di awal musim Claudio Ranieri adalah pelatih pertama di liga Inggris yang akan di pecat. Mengingat sedikitnya prestasi yang di raih selama melatih tim-tim besar, dan Ranieri musim ini bisa terbilang cukup tua untuk melatih sebuah klub.

Tapi Ranieri seakan belajar dari kesalahan-kesalan terdahulunya, pelatih yang di kenal ramah ini membuat hubungan dekat dengan para pemain. Di era sepakbola modern ini sudah sangat jarang pelatih melakukan hubungan dekat dengan pemain, biasanya pelatih saat ini sangat menjaga jarak dengan pemainnya agar tetap profesional.

Faktanya jika di lihat dari data memang anomali Leicester ini bisa tericpta karena inkonsistensi tim-tim papan atas Premier League, Leicester mengakhiri musim 2015/2016 sebagai juara dengan "hanya" meraih 81 poin. Dalam kurun waktu 5 tahun ke belakang yang menjuarai EPL adalah tim-tim yang meraih poin di atas 85, bahkan Runner Up musim 2013/2014 Liverpool di akhir musim meraih poin 84, lebih banyak 3 poin di banding juara musim ini The Foxes. Atau peringkat ketiga musim 2013/2014 yang di pegang oleh Chelsea dengan poin 82, lebih banyak 1 poin di banding Leicester City musim ini.

Memang tidak ada yang menyangka Leicester City menjadi jawara di pentas tertinggi Ratu Elizabeth musim ini, mengingat buruknya performa The Foxes musim lalu di awal hingga pertengahan musim. Karena hingga awal april musim lalu The Foxes bahkan masih menempati peringkat dasar kelasemen, dengan hanya meraih 4 kemenangan dari 29 pertandingan. Kemudian keajaiban terjadi ketika mendekati akhir-akhr musim, dari sisa 9 pertandingan Leicester meraih 7 kemenangan, 1 hasil imbang dan 1 kekalahan. Hal tersebut membuat Leicester terselamatkan dari dasar klasemen dan membuat The Foxes nangkring aman di posisi 14.

Anomali yang di buat Leicester ini bisa menjadi sebuah harapan yang besar untuk semua orang, terutama untuk tim-tim kecil yang minim budget. Karena sejak di mulainya Liga Premier hanya Blackburn Rovers yang berhasil merebeut gelar di luar Manchester United, Arsenal, Chelsea dan Manchester City. Meskipun pada saat itu Blackburn Rovers di danai oleh pengusaha kaya raya Jack Walker.

Karena di era sepakbola modern sudah terbukti bahwa uang bisa membeli prestasi, contohnya seperti Chelsea dan Manchester City.

Dan The Foxes tidak di dukung dengan dana yang melimpah untuk membangun sebuah tim yang kuat untuk mengarungi ketatnya perburuan trofi liga Inggris. Bahkan setelah promosi atau dalam 2 musimnya di Premier League, pemain termahalnya hanya Shinji Okazaki seharga 7 juta pounds.


Bahkan untuk total gaji dalam 1 tim, Leicester City menempati peringkat 5 tim terbawah dengan gaji paling sedikit. Bandingkan dengan Newcastle United yang terdegradasi musim ini, The Magpies termasuk dalam 10 tim di Premier League dengan gaji tertinggi. Tentu itu merupakan pukulan telak bagi Louis Van Gaal yang sudah membangun timnya dengan menghamburkan dana hampir mencapai 2 triliun selama melatih Manchester United. Bukan hanya gagal juara di Premier League, Manchester United bahkan tidak masuk ke zona Liga Champions.

Tidak berbeda jauh dengan tim sekotanya, Manchester City di awal musim 2015/2016 melakukan belanja gila-gilaan dengan pengeluaran hampir mencapai 160 juta Poundsterling dengan "hanya" pembelian  6 orang pemain. Dan tentunya itu sudah termasuk 2 pembelian besar, Sterling dengan 49 juta Poundsterling dan pemecah rekor transfer klub Manchester City dengan mahar 54,5 juta Poundsterling yaitu Kevin De Bruyne.

Bandingkan dengan Leicester City, The Foxes mengucurkan dana sekitar 55 juta Poundsterling untuk membayar gaji pemainnya musim ini. Dengan uang yang di belanjakan Manchester City untuk Sterling dan De Bruyne hampir bisa mendai klub asuhan Claudio Ranieri selama 2 musim.

Dan Leicester menjuarai Premier League? Mungkin jika bukan musim ini, cerita Leicester ini hanyalah sebuah hayalan para fans kecil di Inggris atau hanya bisa terjadi di game konsol sepakbola.

Jika bukan karena takdir yang sudah di tetapkan, akan mustahil bagi Leicester City menjauarai Liga Primer di era modern ini. Dan tentunya kemenangan musim ini bagaikan kemangan yang tidak hanya di rayakan suka cita para pecinta The Foxes, ini adalah kemenangan bagi semua pecinta sepakbola.


Demikian artikel tentang Anomali Leicester semoga bermanfaat untuk sahabat OperanBola. Jangan lupa memberikan kritik ataupun saran di kolom komentar di bawah ini, karena kritik ataupun saran sahabat-sahabat Operanbola bisa memajukan blog ini.

Salam OperanBola.

Related Posts

Anomali Leicester
4/ 5
Oleh